Seperti biasa saya menyapa pembaca semoga kesehatan tetap bersama kita sekalian. Amin.
Hari ini saya akan sharing pengalaman saya mengunjungi destinasi wisata terkenal di Jawa Timur yakni Ranu Kumbolo yang mempunyai ketinggian 2400 meter diatas permukaan laut. Ranu Kumbolo terletak di kota Lumajang atau lebih dikenal terletak di kaki Gunung Semeru. Perjalanan kali ini terkesan tidak direncanakan karena saya mendapat ajakan dari kawan saya sehari sebelum keberangkatan pada hari kamis malam. Sedangkan kita berangkat pada hari sabtu pagi, waktu yang singkat menjadikan logistik dan perbekalan menjadi kurang maksimal. Saya berangkat bersama kawan saya dan teman teman dari komunitas Green Alam Malang yang notabene berisikan orang-orang yang kenyang pengalaman mendaki gunung. Beranggotakan sekitar 13 orang kami berangkat menuju Ranu Kumbolo via Tumpang Malang.
Perjalanan memakan waktu sekitar 1-2 jam dari pusat kota Malang kemudian kami beristirahat di Ranu Pane. Sekedar info per tanggal 1 Oktober 2017 wisatawan yang mendaki Gunung Semeru atau ke Ranu Kumbolo diharuskan mengurus tiket wisata melalui online karena pihak pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ( TNBTS ) tidak melayani wisatawan yang tidak menggunakan sistem boking online dikarenakan membludaknya wisatawan yang berkunjung sehingga pihak pengelola membatasi kunjungan di tempat tersebut agar kawasan TNBTS menjadi lebih terkendali. Harga tiket berkisar 75ribu per-orang. Apabila sahabat ingin memboking tiket dan berkunjung ke kawasan ini silahkan memesan tiket di website resmi TNBTS disini dan membeli tiket satu minggu sebelum keberangkatan.
Green Alam Malang |
Berangkat pagi dari Malang kami isitirahat di Pos Ranu Pane untuk mencari kopi, makan dan merebahkan badan sejenak setelah menempuh perjalanan panjang mengendarai kendaraan roda dua. Setelah dirasa cukup kami melanjutkan ke masuk untuk memarkir motor kami di sekitar kawasan. Harga parkir sekitar 10ribu permotor karena kami menginap semalam di Ranu Kumbolo.
rehat perjalanan di Ranu Pane |
Perjalanan kami mulai dengan memanjatkan doa bersama agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan sewaktu perjalanan. Melewati lebatnya semak-semak, sedikit licin karena hujan dan jalan yang menanjak sudah menyapa kami di awal perjalanan. Beban perbekalan yang lumayan berat membuat nafas mulai tersengal-sengal. Sesekali kami berisitirahat mengatur pernapasan dan meminum air yang kami bawa. Letihnya badan tidak dirasa terlalu berat karena di waktu perjalanan kami salaing bercanda satu sama lain sehingga perjalanan yang menanjak dan terjal mampu kita lewati bersama dengan menyenangkan. Sekedar info untuk menuju ke Ranu Kumbolo kita harus melewati beberapa 4 pos. Di setiap pos ada warung yang menyediakan makanan,kopi,air minum dsb beberapa wisatawan lokal maupun mancanegara juga terlihat lalu lalang di sekitaran pos. Sesekali mereka terlihat mengambil gambar dan bercengkrama dengan pendaki lain. Sayangnya saya tak menyempatkan mengambil gambar karena badan yang mulai capek lagipula waktu itu cuaca sedang gerimis.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan kembali menuju pos-pos selanjutnya. Suasana dingin mulai menyelimuti kami. Diantara lebatnya hutan sesekali terdengar suara kicauan burung-burung yang masih nyaring berbunyi. Hijaunya dedaunan membuat mata menjadi segar dan suasana hati tenang jauh dari nuansa kebisingan kota penuh polusi udara. Perjalanan kami mulai berat karena medan yang didepan semakin sulit. Turunnya kabut dan rintikan hujan manambah hawa dingin. Tanjakan-tanjakan terjal semakin terlihat di depan mata kami. Berkata di dalam hati ya iyalah namanya juga gunung semakin nanjak semakin dingin hehehe. Namun karena dalam perjalanan sesekali bercanda, memutar musik, bernyanyi dengan kawan-kawan beban yang dirasa berat mengurangi rasa lelah yang hinggap pada kami.
Cak Nawi kawan kami menyempatkan beribadah di tengah perjalanan |
Beberapa pos sudah kami lewati tidak terasa kami sebentar lagi sampai di Ranu Kumbolo. Papan penunjuk menyatakan kami telah tiba di kawasan Watu Rejeng 4,5KM sebelum Ranu Kumbolo. Dengan semangat kami mulai mempercepat langkah kami menuju lokasi sehingga bisa mendirikan tenda sehingga bisa istirahat. Semakin menuju ke kawasan danau, terlihat di samping kami danau yang besar di tengah ketinggian saat ini. Kami heran kenapa bisa ada danau di ketinggian mencapai 2400mdpl? Jawabnya mungkin pembaca sekalian ada yang mengetahui informasi tentang danau tersebut.
Sampai di Pos 3 |
Menatap jalan setapak , bertanya - tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Dewa 19 - Mahameru
Penggalan lagu dari Dewa 19 tadi merupakan gambaran yang cocok dalam melakukan perjalanan saya kali ini. Tenda menjadikan satu-satunya kehangatan kami disamping juga rasa kekeluargaan diantara kami juga menambah kehangatan yang luar biasa di antara kabut tebal yang beberapa kali menyapa kami.
Tanjakan Cinta |
Ranu Kumbolo menjadi salah satu pengalaman pertama saya. Sebelumnya saya tidak pernah mengunjungi tempat ini. Sempat akan diagendakan beberapa kali tetapi akhirnya gagal dalam situasi dan kondisi yang tidak tepat pada saat itu. Alam memberikan saya setiap pelajaran berharga. Sewaktu di sekolah dasar kita diajarkan sifat tenggang rasa, gotong royong, jujur dll. Saya anggap itu semua teori jarang orang mengaplikasikan nilai-nilai tersebut di tengah masayarakat.
Namun hal itu tidak berlaku di gunung atau alam seperti ini. Nilai-nilai tersebut seolah sudah bukan menjadi teori, bagaimana kita saling gotong-royong mendirikan tenda, tenggang rasa satu sama lain, jujur ketika kita letih, bersikap sopan pada alam sekitar dsb.
Menurut saya, alam adalah tempat terdekat pertemuan kita dengan Tuhan selain beribadah sepanjang waktu. Orang kuno dahulu sering bertapa di gunung yang tinggi, ditengah hujan, dingin dan lainnya. Mereka menganggap titik terdekat munuju Tuhan di bumi adalah gunung. Di Ranu Kumbolo tengah malam saya mengalami sendiri apa itu sunyaruri. Ketika semua semesta tertidur hanya ada saya, alam dan Tuhan yang tidak tidur. Tentu saja Tuhan tidak tidur. Akan tetapi dalam Sunyaruri keheningan yang kita rasakan adalah keheningan murni sebagai diri manusia sendiri akan kemana kita akan pergi, apa tujuan kita disini dan apa yang kita tuju. Wallahu Alam, Subhanallah . .
Dalam perjalanan saya kali ini menjadikan perjalaanan yang sangat berkesan. Terima kasih kepada Tuhan syukur tiada henti atas rahmat dan segalanya. Terima kasih kepada teman-teman Komunitas Green Alam Malang yang sudah sangat membantu dalam perjalanan kali ini. Terima kasih kepada Ranu Kumbolo atas indahnya dan terima kasih kepada para pembaca yang sudah menyempatkan membaca tulisan saya. Mudah-mudahan kesehatan selalu pada kalian agar suatu saat bisa berkunjung ke Ranu Kumbolo. Amin.
EmoticonEmoticon