Assalamualaikum
Apa kabar kawan? Semoga tetap dalam keadaan sehat dan selamat. Amin .
Hari ini saya akan membagikan cerita saya mengunjungi salah satu destinasi menarik di Banyuwangi, Jawa Timur yaitu Kawah Ijen. Jarak Kawah Ijen dari pusat kota Banyuwangi adalah sekitar 50KM. Saya berangkat menuju Banyuwangi menggunakan transportasi kereta api. Harga tiket sekitar 60ribu sekali berangkat. Lama perjalanan dari kota Malang sekitar 7-8jam, berangkat jam 4 sore dan tiba di Stasiun Karangasem sekitar jam 12 malam. Saya turun di Stasiun Karangasem sebelum stasiun terakhir Ketapang. Kebetulan ada teman saya yang kerja di Banyuwangi,dia menjemput saya di Stasiun Karangasem dan memberi tumpangan untuk tidur. Untuk menuju Kawah Ijen stasiun yang paling dekat adalah Karangasem. Sewaktu perjalanan banyak ditemukan turis mancanegara yang hendak menuju Kawah Ijen sebagian dari mereka menuju ke Pulau Bali.
Setelah sampai di Banyuwangi saya beristirahat dulu di tempat teman saya lokasinya dekat pusat kota Banyuwangi.Esok paginya teman saya berangkat kerja sedangkan saya libur, waktu itu hari sabtu. Sembari menunggu teman saya pulang kerja saya menyiapkan beberapa perlengkapan untuk ke Kawah Ijen. Diantaranya jaket tebal,topi,sarung tangan,perbekalan,senter dll karena kami akan memuncaki kawahnya malam hari untuk melihat blue fire, yaitu api biru yang muncul di sela-sela bebatuan belerang maka dibutuhkan senter dan jaket tebal untuk menghangatkan tubuh. Malam hari kami berangkat bersama 1 orang kawan lagi total menjadi 3 orang berangkat dari pusat kota Banyuwangi kami menggunakan kendarran roda dua. Jarak tempuh yang lumayan jauh sekitar 1-2jam menuju lokasi Kawah Ijen. Di dalam perjalanan kami sedikit kesulitan karena waktu itu gerimis , berkabut dan kurangnya penerangan di perjalanan membuat kami agak sedikit hati-hati dalam berkendara. Di samping itu juga jalan yang menanjak dan berkelok-kelok dibutuhkan skill berkendara yang mumpuni.
Sesampainya di lokasi, ternyata pintu masuk Kawah ijen dibuka tepat jam 1 dini hari. Karena masih lama kami menunggu di sebuah warung kopi tepat di depan gerbang kawah ijen sekaligus menghangatkan diri mumpung ada api unggun hehe. Untuk tiket masuk berkisar diharga 10-15ribu dan 5ribu untuk parkir kendaraan roda dua.
para pendaki menunggu dibukanya pintu menuju kawah ijen |
Akhirnya pendakian dimulai, pintu sudah dibuka oleh petugas. Sebelum berangkat kami berdoa bersama-sama mudah-mudahan diberi keselamtan dan kelancaran saat perjalanan. Sekedar info, jarak menuju kawah lumayan jauh dengan ketinggian mencapai 2400mdpl dengan kondisi jalan tanah padat agak sedikit berpasir. Estimasi waktu perjalanan sekitar 2 jam jalan kaki membuat kami ngos-ngosan. Bila tidak kuat kamipun istrirahat sedikit lalu melanjutkan perjalanan kembali. Gelapnya malam yang hanya di terangi cahaya bulan dan senter para pendaki membuat saya tidak maksimal untuk mendokumentasikan perjalanan kami. Mencoba sedikit mengambil gambar ternyata tidak tampak, gambar noise dimana-mana akhirnya saya urungkan dan melanjutkan perjalanan kami sampai ke kawahnya.
Memuncak di kawah ijen adalah pengalaman pertama saya ini juga dirasakan teman saya. Apalagi naik gunung di tengah malam membuat pengalaman yang menyenangkan sekaligus menegangkan bagi kami.Dingin, gelap, dan kurangnya penerangan membuat kami merasa senang,capek dan haru menjadi satu. Beberapa orang yang lewat menyemangati kami agar bisa cepat sampai di atas. Terlihat banyak orang tua yang mengajak anaknya yang masih kecil membuat kami bersemangat untuk menuju ke puncak kawah.
Setelah beberapa tanjakan kami lewati sampailah kita pada Kawah Ijen sekitar jam 3 pagi. Cahaya bulan adalah satu-satunya penerangan di sana. hawa dingin dan angin yang bertiup membuat keadaan semakin dingin membekukan darah-darah kami. Terlihat beberapa orang duduk-duduk memijat kaki mereka karena kecapekan. Lokasi blue fire masih mengharuskan kita untuk turun ke bawah tak banyak waktu kita bergegas menuruni sisi kawah. Sebagian orang menjajakan penyewaan untuk masker dikarenakan gas belerang di kawah sangat berbahaya bagi pernapasan kita sehingga bisa mengakibatkan sesak napas bahkan sampai kematian. Harga sewa masker bervariasi sekitar 15-20ribu per masker.
Menuruni kawah dengan bebatuan dan jalan yang sangat curam membuat kaki saya agak pegal. Posisi turun seperti ini lebih capek menurut saya daripada saat saya berada di tanjakan. Kaki yang mengerem di sepanjang jalur membuat kaki nampak kesemutan. Perjalanan ini banyak terdapat bule/turis mancanegara yang ikut turun ke bawah melihat blue fire. Konon blue fire semacam ini hanya ada 2 di dunia satunya lagi berada di Benua Antartika. Banyak orang dan antri ketika turun menjadikan suasana keakraban dan saling tolong menolong antara satu sama lain kian besar. Beberapa orang terpleset dan jatuh karena tidak hati-hati dalam mengambil langkah. Semakin ke bawah semakin bau belerang menyengat namun keberuntungan pada kami dikarenakan angin yang berhembus membawa asap belerang tidak mengarah kami bahakan menjauhi.
Sesekali saya berpapasan dengan para penambang belerang yang memuat sekitar 70-80kg batu belerang dengan cara di gotong menggunakan keranjang kayu mirip penjual jajanan di pasar. Saya tanya berapa harga per-kg batu bila dijual? Bapak tersebut menjawab sekitar 700-800 rupiah per-kgnya. Bayangkan dengan beban seberat itu bapak-bapak tersebut masih kuat naik tutun kawah setiap hari walaupun bahaya gas belerang mengintai mereka namun perjuangan mereka bisa menjadi panutan dan inspirasi bagi kita agar kita tak gampang mengeluh dengan apa yang terjadi.
berfoto dengan penambang saat naik |
Shubuh menjelang para wisatawan semakin banyak terlihat blue fire nampak cantik dari kejauhan. Kecapekan dan kaki yang tidak bisa dikendalikan saya pun duduk-duduk dan mencoba sesekali memotret yang ada dihadapan saya.
asap belerang yang membahayakan |
Shubuh sudah lewat, sedikit orang sedang melaksanakan sholat shubuh di kawasan kawah. Hari semakin terang dan semakin banyak wisatawan yang lalu-lalang di hadapan saya. Ada yang mau pulang dan ada yang baru datang. Semakin terang semakin Kawah Ijen terlihat cantik. Air kawah yang hijau biru, bebetuan belerang yang kuning, dinding tebing yang berwarna keabuan membuat nampak elegan dan cantik seperti layaknya di eropa hehe. Matahari sudah mulai terlihat dan saya tak sungkan lagi untuk berfoto ria disini. Sesekali drone lewat diatas saya yang dimiliki wisatawan membuat Kawah Ijen sepertinya lebih keren dipotret dari atas.
terlihat cantik |
Oh iya karena tidak terlalu menuruni kawah saya tidak bisa mendokumentasikan blue fire. Minimnya cahaya dan kondisi kaki yang sudah pegal ditambah semakin dingin akhirnya saya mengurungkan niat untuk semakin kebawah menuruni kawah. Takutnya terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Sesampainya dari bawah kawah saya kembali ke atas untuk istirahat sejenak dan kembali pulang. Beberapa penambang batu belerang menjajakan batu belerang yang di bentuk rupa-rupa sehingga orang tertarik membelinya. Harganya berkisar 5-50ribu tergantung besar dan kecilnya batu belerangnya. Nampak juga dari kejauhan ada bonus pemandangan indah yang tidak bisa kami nikmati di perjalanan memuncak malam dini hari tadi. Setelah siang kembali ternyata disekeliling kawah banyak pemandangan indah dan spot foto yang keren. Tak banyak waktu kamipun selfie disini hehe.
cindera mata dari batu belerang |
negeri di atas awan |
Demikian setelah berhasil memuncak di 2400mdpl Kawah Ijen Banyuwangi saya senang dan bersyukur sudah bisa kesini, bagi kawan pembaca yang belum pernah kesini mari berkunjung ke destinasi yang satu ini dijamin tidak menyesal dan menjadi pengalaman yang seru bagi kalian. Ada satu lagi tetangga Kawah Ijen yaitu terletak di Bondowoso yang bernama Kawah Wurung. Ada padang savana yang keren disana, namun saya tidak sempat mampir ke Kawah Wurung dikarenakan terbatasnya waktu, jarak dan lokasi yang tidak memungkinkan.
Sampai jumpa lagi di postingan saya berikutnya mengunjungi tempat yang keren lainnya. Jaga kelestarian alam dan jangan membuang sampah sembarangan karena alam ini alam kita juga. Siapa lagi yang akan menjaganya kalau tidak dimulai dari diri sendiri.
Salam lestari
Wassalamualaikum . .
EmoticonEmoticon